UPTD PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN BUAY MADANG KABUPATEN OKU TIMUR

Rabu, 04 Desember 2019

STAF PUSKESMAS SUKARAJA MENYATRONI RUMAH WARGA

STAF PUSKESMAS SUKARAJA MENYATRONI RUMAH WARGA 

Saptaria,SKM,MM melakukan Survey Mawas Diri dengan Metode Wawancara Langsung Ke masyarakat Desa



Kamis, 05 Dsember 2019. Staf Puskemas Sukaraja menyatroni rumah warga dalam rangka Survey Mawas Diri (SMD) guna mengetahui kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan harapan-harapan masyarakat desa di wilayah UPTD Puskesmas Sukaraja.

Survey Mawas Diri (SDM) ini sangat penting karna masuk dalam Sistem Manajemen Puskesmas untuk Perencanan Kegiatan yang akan dilakukan tahun mendatang, Seperti yang Dilakukan oleh Staf Puskesmas Sukaraja bagian Sistem Informasi Menejemen Puskesmas (SIMPUS) Saptaria,SKM,MM yang Juga Sebagai Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kab OKU Timur, Menurutnya "Survey Mawas Diri Ini sangat penting di lakukan untuk menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) ,Untuk mengetahui Prioritas Masalah yang ada di masyarakat  sehingga RUK yang di susun Tepat Guna dan Tepat Sasaran serta dapat di rasakan oleh masyarakat langsung manfaatnya".


Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang dilakukan melalui Survey Mawas Diri/ Community Self Survey (SMD/ CSS): 

  1. Survei Mawas Diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi masyarakat, serta potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi yang dimiliki antara lain ketersediaan sumber daya, serta peluang-peluang yang dapat dimobilisasi. Hal ini penting untuk diidentifikasi oleh masyarakat sendiri, agar selanjutnya masyarakat dapat digerakkan untuk berperan serta aktif memperkuat upaya-upaya perbaikannya, sesuai batas kewenangannya. 
  2. Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan dan penyajian data masalah dan potensi yang ada dan membangun kesepakatan bersama masyarakat dan kepala desa/kelurahan, untuk bersama-sama mengatasi masalah kesehatan di masyarakat. 
  3. Instrumen SMD/ CSS disusun Puskesmas sesuai masalah yang dihadapi dan masalah yang akan ditanggulangi Puskesmas. Instrumen yang disusun mencakup format pendataan yang dilakukan wakil masyarakat yang dapat mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat dan dapat memberi informasi tentang: 

  • Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita
  • Status imunisasi dan status gizi balita
  • Kondisi lingkungan permukiman/ rumah tempat tinggal
  • Kondisi rumah, ketersediaan air bersih layak konsumsi, cakupan jamban sehat
  • Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di rumah tangga
  • Perawatan balita sehat dan sakit
  • Upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan balita (tumbuh kembang, gizi seimbang, imunisasi
  • Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dll)
  • Peranan keluarga dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
  • Peranan keluarga pada kegiatan UKBM; dan atau 
  • Pertanyaan lain yang dianggap perlu untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat. 
A.3. Perumusan Masalah Dari hasil analisis data, dilaksanakan perumusan masalah. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. 

Ingat, SMD adalah :
  1. Pembelajaran oleh masyarakat, untuk masyarakat. Puskesmas sebagai pendamping dan nara sumber. Kalau semua dilakukan oleh Puskesmas maka masyarakat tidak belajar sesuatu.
  2. Salah satu tujuan SMD adalah: masyarakat dapat mengetahui masalah kesehatan diwilayahnya sehingga bisa menyusun program untuk mengatasinya dan menyambut program pengentasan wilayah dari diare menjadi gerakan masyarakat; Puskesmas bisa memberi masukan program apa saja untuk mengatsi diare; Cuci tangan pakai sabun, enam langkah mencuci tangan, Tidak BAB disembarang tempat (ODF), Satu rumah satu jamban, program air bersih, dll. 
  3. Salah satu pembelajaran yang penting dalam SMD adalah dapat membedakan antara, KEINGINAN terhadap suatu pelayanan kesehatan, dan KEBUTUHAN pelayanan kesehatan karena adanya masalah kesehatan di wilayahnya. Pelayanan diare akan dibutuhkan masyarakat jika memang masih sering terjadi KLB diare, tetapi pelayanan bedah kosmetik mungkin hanya keinginan beberapa orang saja. 
  4. SMD dan MMD itu satu rangkaian dengan Musrenbang Desa,Musrenbang Kecamatan, dst-nya. 
Karena itu tolong difikirkan lagi kalau ingin menghilangkan SMD. Masukan lain tetap dibutuhkan dan sangat perlu. PDCA perlu terus berjalan, dan masukan masyarakat salah satunya, karena salah satu komponennya.




Sukaraja, 05 Desember 2019, By SR 














Selasa, 03 Desember 2019

PUSKESMAS SUKARAJA MENCEGAH KAKI GAJAH DI KECAMATAN BUAY MADANG






Rabu, 04 Desember 2019 , Pelaksanaan Program Filariasis Atau Kaki Gajah yang di Laksanakan Oleh UPTD Puskesmas Sukaraja guna mencegah penyakit Kaki gajah di Kecamatan Buay Madang dengan Cara Minum Obat Filariasis.

Menurut Penanggung Jawab Program P2P (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) UPTD Puskesmas Sukaraja  Ritawati,AM.Kep (40) di Kab. OKU Timur Merupakan salah satu endemik Penyakit Kaki Gajah ,maka dari itu Penyakit Filariasis harus Di Cegah dan di Segera Di atasi agar Tidak Meluas.

Penyakit kaki gajah masih ada di Indonesia, terutama di daerah Papua, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tercatat hampir 13.000 kasus kaki gajah di Indonesia.

Penyebab dan Penularan Kaki Gajah

Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria pada pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk.
Walaupun menyerang pembuluh getah bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.
Lalu bila nyamuk ini menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk akan masuk ke dalam pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut. Cacing filaria kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan menyumbat peredaran getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.
Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timor. Sedangkan jenis nyamuk penyebar cacing filaria adalah nyamuk jenis Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.
Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit kaki gajah jika:
  • Tinggal di lingkungan endemik kaki gajah.
  • Tinggal di lingkungan yang tingkat kebersihannya buruk.
  • Sering digigit nyamuk atau tinggal di lingkungan yang banyak nyamuk.

Gejala Kaki Gajah

Sesuai namanya, gejala utama kaki gajah adalah pembengkakan pada tungkai. Selain di tungkai, pembengkakan juga bisa terjadi di bagian tubuh lainnya, seperti lengan, kelamin, dan dada.
Kulit pada tungkai yang bengkak akan menebal, kering, menjadi lebih gelap, pecah-pecah, dan terkadang muncul luka. Sayangnya, tungkai yang sudah mengalami pembengkakan dan perubahan kulit tidak dapat kembali seperti semula. Pada kondisi ini, kaki gajah sudah memasuki fase kronik.
Pada awal penyakit, penderita kaki gajah biasanya tidak mengalami gejala apa pun. Hal ini menyebabkan penderita tidak sadar telah tertular penyakit kaki gajah (filariasis), sehingga terlambat melakukan penanganan. Peradangan pembuluh atau kelenjar getah bening juga dapat muncul di fase awal, berupa pembengkakan setempat pada pembuluh dan kelenjar getah bening.

Kapan harus ke dokter

Bila Anda berencana berpergian ke daerah yang terdapat kasus kaki gajah, berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter. Tanyakan kepada dokter adakah cara untuk mencegahnya. Anda juga perlu berkonsultasi dengan dokter bila di lingkungan tempat tinggal Anda ada yang menderita penyakit kaki gajah.
Temui dokter bila timbul pembengkakan pada saluran dan kelenjar getah bening, terutama bila Anda tinggal di tempat yang banyak terdapat kasus kaki gajah atau sehabis berpergian ke daerah yang terdapat kasus kaki gajah. Apalagi bila pembengkakan kelenjar getah bening tersebut terjadi berulang.

Diagnosis Kaki Gajah

Dokter akan bertanya kepada penderita mengenai gejala yang dirasakan dan sejak kapan gejala muncul. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa gejala tersebut.
Jika menduga pasien menderita kaki gajah, dokter akan menganjurkan tes darah. Sampel darah akan diperiksa guna mengetahui apakah terdapat cacing filaria atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mikroskop atau melalui tes kimia khusus menggunakan antigen.
Jika diperlukan, penderita juga dapat menjalani pemeriksaan penunjang lainnya untuk melihat dampak dari penyakit kaki gajah yang dideritanya. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain tes pemindaian dengan USG atau foto Rontgen dan tes urine.


Sukaraja, 04 Desember 2019 , By SR









PUSKESMAS SUKARAJA BUAT SAHARA DI KECAMATAN BUAY MADANG

Kegiatan Sahara di Kecamatan Buay Madang


Rabu, 04 Desember 2019 , Puskesmas Sukaraja buat Gebrakan baru di Kecamatan Buay Madang dengan Program Inovasi SAHARA ( Segera Atasi Hipertensi dengan Aktivitas Rajin Olahraga). diharapkan dengan Program Inovasi ini dapat menurunkan angka Penyakit Hipertensi di Kecamatan Buay Madang.

Menurut Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) UPTD Puskesmas Sukaraja Perawat Lonis Hariyani,AM.Kep (38), Program Inovasi SAHARA ini merupakan pengembangan dari program P2P (Pengendalian dan Pemberatasan Penyakit) dan Hipertensi merupakan salah satu program Penyakit Tidak Menular (PTM) .

Menurut Penggagas Program Inovasi SAHARA dan juga pemegang Program Kesehatan Lansia Perawat Puji Wahyuni,AM.Kep (39), banyak Penderita Hipertensi yang di derita Para Lanjut Usia (LANSIA) membuat Tenaga Kesehatan UPTD Puskesmas Sukaraja ini membuat inovasi ini.

Kegiatan program SAHARA ini Meliputi Cek Tekanan darah Gratis,Cek Colesterol, Pengobatan Dasar, Senam Lansia , dan Pemantauan Minum Obat Anti Hipertensi.

Program SAHARA ini melibatkan lintas program dan lintas sektoral ,lintas program ini melibatkan Program Gizi,Program PTM,Progam Promkes,Program Pengobatan dan Program Lansia Itu sendiri, Lintas Sektor Melibatkan Kader Posyandu, Kader Kesehatan, Perangkat desa dan Camat Buay Madang.

Sukaraja, 04 Desember 2019 ,By SR





PUSKESMAS SUKARAJA SAMBANGI ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA.

Staf UPTD Puskesmas Sukaraja Bidan Sujiati,SST dan Perawat Eka Andriani,AM.Kep memberikan bantuan Nutrisi dan Obat Jiwa 02/012/2019



Senin tanggal 2 Desember 2019 , Kepedulian UPTD Puskesmas Sukaraja Kecamatan Buay Madang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa di terapkan dengan memberikan batuan pemberian pemenuhan asupan Gizi, dan pemeriksaan kesehatan serta pemberian obat jiwa.

Pemberian bantuan yang di lakukan oleh pemegang program Kesehatan Jiwa oleh Tenaga Kesehatan Perawat Eka Andriani,AMd.Kep (32) yang di temani oleh Tenaga Kesehatan Bidan Sujiati,SST (50) , Kegiatan ini merupakan Program Promotif yang dilakukan UPTD Puskesmas Sukaraja guna meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat terutama masyarakat ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).

 Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.

 Belakangan ini, isu gangguan kesehatan mental (gangguan jiwa) banyak dibahas di kalangan masyarakat. Tentu Anda sudah tidak asing dengan istilah gangguan mental. Menurut data Riset kesehatan dasar (RISKESDAS), prevalensi gangguan mental emosional yang ditandai dengan kecemasan dan depresi di Indonesia adalah sebesar 14 juta jiwa. Ironisnya lagi, orang dengan gangguan jiwa (disebut ODGJ) mendapat perlakuan yang tidak pantas seperti dipasung dan dikurung. Keadaan ini salah satu penyebabnya adalah minimnya pengetahuan dan stigma yang menetap. Lalu sebenarnya apa yang harus dilakukan saat seseorang mengidap gangguan jiwa? Harus segera diobati atau sebenarnya bisa sembuh sendiri?


Bahaya jika gangguan jiwa diabaikan

Ada beberapa hal yang dapat terjadi jika tidak segera menangani gangguan jiwa.

1. Kondisi ODGJ bertambah buruk

Gangguan mental tidak dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tetap perlu untuk mendatangi tenaga kesehatan yang ahli (dokter spesialis jiwa, juga dikenal dengan istilah psikiater) untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Jika tidak diperiksakan, gejala-gejala yang dialami ODGJ bisa bertambah buruk, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Misalnya, Anda mungkin jadi semakin tidak bisa keluar dari rumah karena depresi dan putus asa, buat apa pergi ke kantor bila Anda tidak merasa pekerjaan Anda dihargai.

2. Merusak fungsi kognitif otak

Jika gangguan jiwa menyerang Anda, keadaan ini bisa mempengaruhi prestasi di sekolah atau kemampuan untuk belajar apa saja. Pasalnya, gangguan jiwa adalah masalah yang berkaitan dengan fungsi normal otak yaitu mengolah informasi, menyimpan informasi (daya ingat), berpikir logis, serta mengambil keputusan.
Bahkan, tidak sedikit anak dan remaja yang terpaksa drop out dari sekolah karena masalah kejiwaan serius yang tidak ditangani dengan tepat.

3. Kualitas hidup dan hubungan pribadi terganggu

Gangguan jiwa bisa memperburuk kualitas hidup seseorang Hal yang mudah seperti bangun dari tempat tidur, bekerja, dan bersosialisasi dapat berubah menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Masalah mulai dari finansial, hubungan pribadi, sosial, hingga masalah kesehatan secara fisik pun bisa muncul.

4. Kematian

Tidak ada orang sehat yang ingin melakukan tindakan bunuh diri. Sayangnya, gangguan jiwa bisa membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasional dan beradaptasi dengan lingkungannya. Karena itu, orang yang punya kecenderungan bunuh diri sudah tidak bisa melihat jalan keluar lain selain mengakhiri hidup.
Pemikiran yang keliru ini sangat bisa dicegah! Caranya adalah dengan memeriksakan diri atau orang terdekat Anda yang mengidap depresi atau menunjukkan gejala-gejala ingin bunuh diri.




 Sukaraja,04 Desember 2019 , By .SR



PENDAFATARAN ONLINE UPTD PUSKESMAS SUKARAJA

PENDAFATARAN PASIEN Klik bawah ini : https://docs.google.com/forms/d/11EUv3jdhJQE068RT7Vd8o3ZxAj9az1Gitwxtq6QjM3k/edit